Kampung Inggris? Di Inggris ada Kampung? atau di Kampung ada Inggris? Ya begitulah, saya yakin pasti kamu sudah tau apa itu Kampung Inggris, ya kan?
Bagi yang belum tau, Kampung Inggris adalah sebutan bagi sebuah daerah di Kediri, tepatnya di Desa Singgahan dan Desa Tulungrejo Kecamatan Pare. Dikenal dengan sebutan Kampung Inggris karena memang di sana banyak sekali lembaga kursus Bahasa Inggris.
Ada sekitar 100 lembaga kursus yang ada disana, ga percaya? Hitung aja haha. Di sepanjang jalan di daerah sana kamu akan menemukan lembaga-lembaga kursus yang berkualitas. Hampir disetiap jarak 2 meter, kamu akan menemukan lembaga kursus tersebut! haha
Well, itulah sekilas perkenalan mengenai Kampung Inggris. Sekarang saya akan bercerita mengenai Pengalaman Ke Kampung Inggris kala itu.
Maksud dan Tujuan
Jatinangor, Januari 2016.
Kala itu kuliah sedang ada pada masa libur semester. Keadaan pikiran yang cukup penat selepas bergelut dengan deretan angka-angka di perkuliahan. Liburan adalah cara terbaik untuk sejenak menghindar dari hiruk pikuk dunia perkuliahan.
Sayang rasanya jika waktu liburan semester hanya diam saja dirumah. Libur 2 bulan akan membosankan jika tidak diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.
Muncullah kebingungan dalam diri, saya harus liburan kemana dan seperti apa agar liburannya bisa bermanfaat. Terbesit dalam pikiran untuk pergi naik gunung Semeru, hanya saja terkendala biaya dan persiapan yang lain.
Terpikir untuk magang, hanya saja itu bukan liburan, yang ada malah magang akan mempersibuk diri sendiri. Ya, magang bukanlah hal yang cocok bagi saya untuk mengisi liburan.
Bisnis kecil-kecilan untuk mengisi liburan? Ah ini cukup membingungkan! Berbisnis itu perlu persiapan yang matang, meskipun hanya sebatas bisnis kecil.
Main games? Yakali 2 bulan hanya digunakan untuk bermain game, yang ada malah bosan dan jenuh. Yang jelas ga ada manfaatnya.
Suatu hari, ada seorang teman mengajak saya untuk ikut bergabung dengannya belajar sambil berlibur. Dia berniat untuk pergi ke Kampung Inggris.
Sebelumnya memang saya sudah sering mendengar tentang Kampung Inggris. Hingga akhirnya tanpa banyak pertimbangan dan tidak berpikir terlalu panjang, saya langsung menerima ajakan tersebut.
Ternyata saat itu sudah ada 18 orang (termasuk saya) yang siap berangkat menuju Kampung Inggris. Ya, kami adalah satu jurusan dan memiliki selera liburan yang sama.
Maksud dan tujuan kami yaitu ingin belajar sambil berlibur. Bagi kami, belajar adalah rutinitas dan berlibur adalah kebutuhan. Maka, belajar sambil berlibur akan menyenangkan dan menjadi sebuah pengalaman yang berharga.
Setelah berdiskusi mengenai situasi dan kondisi disana, akhirnya kami membulatkan tekad untuk benar-benar pergi ke Kampung Inggris.
Tidak lama, kami langsung mencari tau tentang lembaga kursus di sana. Bingung, karena begitu banyak tawaran lembaga yang memang cocok buat kami. Begitu banyak lembaga kursus yang masing-masing punya kelebihan tersendiri.
Setelah kami merasa ada yang cocok dengan lembaga kursus yang ada, kami memesan langsung secara online. Kami memesan paket belajar di sana karena dikhawatirkan akan kehabisan kuota murid.
Saya dan salah satu teman saya punya pikiran dan pandangan lain, sehingga kami berdua memilih lembaga kursus yang berbeda dengan 16 orang lainnya. Pilihan lembaga kursus ini juga berkat saran dari guru saya yang dulu pernah ke Kampung Inggris.
Naik Kereta Api Tut tut tut
Bandung, Masih di Bulan Januari 2016.
Kami berjumlah 18 orang, berangkat bersama-sama dari Stasiun Kiaracondong Bandung. Ya, kami naik kereta api kelas ekonomi.
Jadwal berangkat jam 17.00, namun kala itu waktu masih menunjukkan pukul 15.00. Entah kami terlalu rajin atau gimana, yang jelas 2 jam sebelum berangkat sudah standby di stasiun.
2 jam menunggu adalah waktu yang cukup lama. Kami manfaatkan waktunya untuk membeli makanan bekal di kereta. Tidak lupa berswafoto dan update ke media sosial, sekaligus minta doa ke teman-teman yang lain.
Tidak terasa waktu pun menunjukkan pukul 16.30, akhirnya kami masuk ke dalam stasiun dengan masing-masing membawa banyak bawaan pribadi. Kami membawa barang-barang banyak, maklum mau berlibur sebulan hehe.
Setelah setengah jam menunggu di ruang keberangkatan, akhirnya datang juga kereta yang akan kami tumpangi. Kemudian kami masuk ke gerbong kereta dengan tempat duduk yang berdekatan.
Tujuan kami adalah stasiun Kediri, perjalanan yang akan kami tempuh adalah selama 12 jam. Waktu yang sangat lama memang untuk duduk di kursi kereta api ekonomi.
Seperti yang kita ketahui bahwa kursi kereta api ekonomi lumayan keras. Lumayan membuat bok*ng lelah dan panas.
Kami menghabiskan waktu 12 jam di perjalanan dengan main kartu, yaitu main Capsa. Capsa adalah permainan favorit kami di kuliah, hampir setiap waktu kosong pas kuliah dipakai untuk bermain Capsa.
Lumayan asik, kami bermain Capsa hingga larut malam yaitu sekitar jam 1. Hingga akhirnya kami lelah, dan kemudian kami tidur.
Hi Pare, I’m Coming!
Pare, Januari 2016.
Setelah 12 jam duduk manis di kursi kereta, akhirnya kami mendengar suara indah seorang pramugari kereta mengumandangkan bahwa 5 menit lagi sampai di Stasiun Kediri. Begitu senang rasanya mendengar suara indah nan menyenangkan itu.
Beberapa saat kemudian tibalah kami di stasiun yang kami tuju, ya, Stasiun Kediri. Sebuah stasiun yang akan menjadi saksi bisu kedatangan kami ke kota tersebut.
Kereta berhenti, kami pun turun. Saat berjalan menuju ke parkiran kendaraan umum, di kanan-kiri saya banyak yang teriak “Pare mas Pare”, “Kediri kota mas Kediri kota”. Saya heran, tapi saya juga sadar bahwa mereka adalah taksi argo, tukang ojeg, dan juga tukang becak.
Kami aktif bertanya mengenai harga antar ke Kampung Inggris. Lalu didapatlah 3 mobil taksi argo setelah lama melakukan tawar-menawar dengan supirnya.
Berangkatlah kami ber-18 dari Stasiun Kediri menuju Kampung Inggris. 3 mobil sudah cukup untuk membawa kami kesana.
Di perjalanan, kami melewati sebuah bangunan yang lumayan terkenal di Paris, tapi versi kediri, namanya Simpang Lima Gumul. Kami pun kaget kenapa bisa lewat Paris, tapi ternyata itu masih Kediri.
Setelah perjalanan sekitar 30 menitan, akhirnya kami bisa menghirup udara Kampung Inggris. Kami disambut dengan sebuah Gapura besar bertuliskan “Selamat Datang di Kawasan Kampung Inggris Pare Kediri”.
Sepanjang jalan yang kami lewati di Kampung Inggris tersebut banyak terlihat lembaga kursus dan juga warung atau kios-kios kecil yang menyediakan makanan.
Kami langsung menuju Camp karena harus Check In. 12 jam adalah perjalanan yang lumayan melelahkan bagi kami.
There was a Shock Culture
Disana kami berdua menjalani rutinitas layaknya siswa sekolah yang pergi pagi pulang sore. Mulai kelas itu pagi jam 7, dan selesai bisa sampai jam 5 tapi tergantung jadwal. Durasi belajar setiap program biasanya 1,5 jam.
Minggu pertama adalah waktu buat kami untuk beradaptasi disana. Ada beberapa perbedaan budaya atau kebiasaan di lingkungan sana dengan lingkungan di Bandung. Saya mencatat 3 hal unik disana, sebagai berikut:
Pertama, perbedaan yang paling mencolok adalah dari segi makanan. Harga makanan disana sangat jauh lebih murah daripada di Bandung. Makan sekali 10 ribu adalah termasuk boros jika dibandingkan dengan di Bandung. Di Bandung kami harus mengeluarkan sekurang-kurangnya 15 ribu untuk harga makan yang setara 7 ribu di Kampung Inggris.
Grosir barang-barang, warung makanan, dan tempat nongkrong lainnya menawarkan harga yang hampir separuh dari harga-harga di Bandung.
Hal yang unik yang kedua adalah suasana jalan yang jauh dari kata macet dengan mobil-mobil pribadi. Kendaraan unggulan di sana adalah sepeda. Setiap orang yang mencari ilmu disana hampir semuanya menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya.
Sepeda yang dipakai biasanya adalah sepeda sewaan yang harganya yaitu sekitar 80 ribu selama sebulan. Warga lokal di sana sebagian besar juga menggunakan sepeda, tapi masih banyak juga yang menggunakan motor.
Hal unik yang ketiga adalah dari segi cuaca, bagi saya cuaca disana sangat panas. Mungkin karena memang kebiasaan di Bandung dengan cuaca dingin.
Memang panas, saya bisa saja mandi sekitar 3-5 kali dalam sehari. Bahkan cuaca malam pun masih saja panas bagi saya, selalu saja berkeringat kalau keluar malam.
The Amazing Kampung Inggris
Perlu diketahui sebelumnya bahwa pendatang di sana adalah dari berbagai daerah di Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke benar-benar ada, bahkan banyak juga yang datang dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand. Berbeda-beda latar belakang keluarga, pendidikan, dan budaya, akan bersatu dalam tujuan yang sama yaitu untuk mencari ilmu bahasa Inggris.
Disana kita bisa memperluas link atau pertemanan. Bertemu teman baru yang berasal dari berbagai daerah dan berbagi kisah satu sama lain.
Jika kamu adalah anak gaul yang di rumahnya sering hangout keluar, maka jangan khawatir. Di kampung Inggris sudah mulai banyak bermunculan cafe yang cocok untuk nongkrong malam bersama teman baru.
Jika kamu ada tugas dan malas mengerjakannya di Camp, maka pergilah ke tempat ngopi. Kamu bisa mengerjakan tugas dengan ditemani kopi, live musik, bahkan ditemani gebetan kamu di sana.
Kamu orangnya suka main atau travelling? Jangan khawatir karena Kampung Inggris lumayan strategis. Kamu bisa 2 jam ke Malang, kurang dari 2 jam ke kota Batu, 7 jam ke Taman Nasional Baluran, atau 5 jam ke pantai di Pacitan.
Jika kamu pernah mendengar bahwa setiap orang di sana termasuk pedagang, tukang becak, dan warga lainnya ngomongnya pake bahasa Inggris, itu bohong! haha. Ya, karena kenyataannya tidak semua berbahasa Inggris. Meskipun ada sih 1 atau 2 orang pedagang dan warga biasa yang bisa berbahasa Inggris.
Bro, What’s Your Name?
Penasaran mengenai pembelajaran bahasa Inggris di sana seperti apa? Sekarang saya akan mencoba sedikit berbagi mengenai situasi dan kondisi belajar mengajar di sana.
Seperti yang sudah saya bilang bahwa belajar untuk setiap program yang kita ambil biasanya mulai dari jam 7 pagi. Bahkan jika kita tinggal di Camp, maka mulai jam 5 sudah ada materi dari tutor Camp.
Mengenai program itu biasanya tergantung lembaga kursus disana. Perlu diingat bahwa setiap lembaga kursus memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing di setiap bidangnya. Cara belajar pun setiap lembaga berbeda namun tetap hampir sama.
Bagaimana dengan situasi Camp? Semua Camp di sana mewajibkan muridnya untuk menggunakan bahasa Inggris di lingkungan Camp dan kelas. Biasanya nanti ada batas wilayah untuk hal ini.
Setiap Camp mempunyai program masing-masing, program ini di luar program kelas dari pagi sampai sore. Biasanya ada program pagi jam 5 sampai sebelum jam 7, kemudian ada program lagi sore sampai malam.
Untuk informasi saja, kita bisa memilih Camp dan lembaga kursus yang berbeda, misalkan ngambil Camp di Lembaga A sedangkan program kelas di lembaga B. Tapi lebih bagus satu lembaga supaya programnya nyambung.
Oke, waktu itu saya ambil program 1 bulan di sebuah lembaga, harganya kalau tidak salah 900 ribu. Program ini setiap hari (senin sampai jumat) full dari pagi sampai sore, cukup melelahkan memang, tapi seru!
Kemudian untuk Camp-nya saya ambil di lembaga yang berbeda dengan program kelas, harganya 450 ribu selama satu bulan.
Setiap hari saya diajarkan oleh tutor-tutor kece yang kemampuan bahasa Inggrisnya sudah level expert. Setiap tutor itu punya keahlian di bidang masing-masing, ada yang ahli di speaking, pronunciation, grammar, dan vocabulary.
Cara mengajarnya asik sekali. Karena saat itu saya mengambil program paket speaking, maka dalam proses belajarnya banyak praktek. Prakteknya juga asik karena dibarengi dengan games seru dari tutornya.
Setiap kelas pasti ada game yang ada reward dan punishment-nya, dan inilah yang membuat saya semakin asik berada di kelas. Dan yang membuat saya semakin semangat belajar adalah karena di kelas banyak cewek cantik hehe.
Pelajaran yang paling saya sukai adalah pronunciation, kebetulan tutornya kece parah dan sangat pro bahasa Inggrisnya. Saya langsung suka pada cara dia mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggis.
Kalimat bahasa Inggris di kelas ini yang paling saya hafal dan terngiang-ngiang hingga sekarang adalah “What’s your name?” yang cukup dibaca “Wa’ Tu Nem?”.
Bonus, Mudahnya Mencari Jodoh
Kamu jomblo? butuh pendamping hidup? Kampung Inggris bisa jadi alternatif bro hehe… Sekali lagi saya katakan bahwa pencari ilmu di Kampung Inggris itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia. 99% mereka datang ke Pare tanpa pacarnya! haha
Semua orang di Kampung Inggris kalau ditanya status jawabannya adalah “Single in Pare”. Mereka yang sudah punya pacar pun akan bilang seperti itu. Ya inilah kesempatan bagi kamu para jomblo buat beraksi. Jangan takut sama pacarnya, mereka kan LDR haha.
Gampang sekali jika kamu berniat mencari jodoh di Kampung Inggris. Mau yang pintar? Soleh? Cakep? Semuanya ada bro, tinggal dipilih aja. Yang paling penting adalah nyali kamu untuk mendekatinya.
Ada tips nih, kata kuncinya adalah SKSD! haha Coba deh pas di kelas duduknya dekat dia. Tanya-tanya asal, sekolah atau kuliah, hobby, nge-camp dimana, dll deh. Kamu bisa sok dekat dengan pura-pura nanya tentang materi juga. Ya terserah lah itu gaya kamu.
Kemudian coba ajak ngerjain tugas bareng, atau nongkrong bareng. Dijamin pasti mau! Kalau gak mau berarti usaha kamu masih kurang hehe.
Kala itu saya pernah deket sama seseorang, dan itu berawal dari Tethering Hotspot! haha. Ya waktu itu kalau di kelas provider dia gak ada sinyal, terus minta tethering, yasudah saya kasih tuh, eh ternyata dia malah balas budi dengan ngasih hati, kan jadi enak hehehehehehehe.
Untuk tips diatas jangan diikuti ya hehe, ini cuma pengalaman saya doang. Kalau kamu mau mencari jodoh ya silahkan, tapi diseriusin ya jangan main-main, kan kasian juga doinya. Kalau udah dapat ya secepatnya dilamar dan langsung ke jenjang pernikahan biar pacarannya lebih nikmat.
Inget sama tujuan utama kamu, belajarlah dengan serius dan tekun!
***
Demikianlah sedikit cerita dari saya mengenai pengalaman ke Kampung Inggris Pare Kediri. Saya bingung harus bercerita seperti apa, yang jelas banyak sekali pengalamannya, dan sangat-sangat tidak terlupakan.
Saran saya bagi kamu yang ingin jago bahasa Inggris, segeralah datang ke Kampung Inggris. Tidak perlu lama-lama, menurut saya 3 bulan adalah waktu yang cocok untuk belajar disana, meskipun kamu mulai dari 0.
Bagi saya satu bulan disana sudah terasa sekali perkembangan bahasa Inggris saya, namun saya rasa masih kurang. Jika suatu saat ada kesempatan lagi, Insya Allah saya akan kembali kesana. Kan kali aja ketemu kamu yang lagi baca ini hehe.
Seorang penikmat kopi yang punya banyak mimpi dan sebentar lagi punya istri.
Pare cruel 😂
Wahh, makin tertarik buat dateng ke kampung inggris deh! Makasihh kaa artikelnya, informatif dan seru dibaca, hahaha,
Anyway, nama program dan camp yang kakak ikut apaa?
Aku lupa nama programnya kak, yang jelas waktu itu aku ambil program speaking, dan seru banget loh kak, buruan ke Pare!!! Hehe