Sebuah kejadian yang sangat berarti terjadi dalam diriku. Pedih, tapi ini menjadi cambuk agar aku lebih berhati-hati dalam berkendara. Kecelakaan tidak selalu terjadi karena kelalaian semata, tapi karena memang kau ditakdirkan untuk celaka.
Adalah cara Tuhan merindukanmu, sehingga pada saat sakit yang kau rasa, kau akan mengingatnya. Kecelakaan itu terjadi pada saat niatku baik, niatku untuk menuntut ilmu.
Bagaimana kisahnya? Ini diaaaa, cekidot!
Maksud dan Tujuan Keberangkatan
Kuliah adalah salah satu cita-citaku, maka dari itu aku selalu rajin untuk menghadiri setiap pertemuan kuliah bersama dosen. Belajar bersama dosen adalah salah satu hal yang paling penting di perkuliahan. Seharusnya tidak ada satupun mahasiswa yang bolos.
Saat itu libur semester sudah diujung tanduk, artinya liburan mulai berakhir, setiap mahasiswa harus mempersiapkan dirinya dan segala sesuatunya untuk kembali masuk ke perkuliahan.
Aku, seorang mahasiswa ganteng, sudah mempersiapkan segala sesuatu menjelang masuk semester baru. Aku siap menyambut datangnya hari-hari dimana mahasiswa rutin ke kampus untuk belajar atau sekedar mengerjakan tugas.
Mahasiswa baru beranjak ke semester keduanya, sudah mulai terlihat diri asli mereka masing-masing. Lepas dari masa ospek, kelucuan mereka sudah mulai terlihat, kecantikan mereka sudah mulai terpancar sedemkian rupa. Mereka siap menggoda senior-senior ganteng.
Senior terkadang ke kampus hanya untuk main atau hanya untuk menggoda mahasiswa baru yang masih polos atau adik tingkat lucu untuk dijadikan korban para senior yang haus akan kasih sayang.
15 Februari 2016, adalah hari pertama masuk kuliah di semester baru. Aku yang kala itu menghabiskan sisa libur di rumah Cianjur harus siap kembali ke Bandung untuk menyambut hari kuliah.
Aku berangkat dua hari sebelumya, yaitu hari sabtu tanggal 13 Februari 2016. Bagiku, dua hari sebelum masuk kuliah adalah waktu yang cocok untuk kembali ke kosan. Dua hari itu cukup dimanfaatkan untuk bersih-bersih dan merapikan kembali kamar kosan.
Dibutuhkan Adaptasi kembali di lingkungan kosan sekitar dua bulan lebih tinggal di rumah. Aku rasa dua hari juga cocok untuk beradaptasi atau membiasakan kembali suasana di kosan.
Aku berangkat dari Cianjur ke Bandung menggunakan sepeda motor. Motor yang aku tunggangi adalah si kuda besi berkopling produk Y*M*H*. Aku sangat suka dengan motor-motor besar atau moge dan berkopling.
Sebelum berangkat, si kuda besi sudah disiapkan semaksimal mungkin. Service sudah dilakukan, oli sudah diganti, rem sudah di setting, hanya tinggal berangkaaaaaat. Pokoknya saat itu si kuda besi sudah ready untuk ditunggangi keluar kota.
Gaaassssss!
Sabtu, langit begitu cerah, birunya langit begitu luas terlihat, matahari dengan bangganya memancarkan sinarnya. Hari itu awan putih di langit sangat sedikit terlihat, layaknya kapas yang disobek-sobek.
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, saat yang tepat bagiku untuk berangkat menuju Bandung. Suasana yang pas, tidak terlalu pagi dan tidak terlalu panas. Matahari pun masih membuat sehat untuk kita berada dibawahnya.
Pergilah aku, bersama barang-barang yang aku bawa. Tas besar berisi pakaian dan perlengkapan lain aku gendong dibelakang. Tas kecil berisi laptop aku pasang dipinggir badan sebelah kiri. Sarung tangan sudah aku pakai, helm sudah aku gunakan, sepatu sudah aku pasang, juga motor dan surat-suratnya sudah ready.
Sekali lagi aku katakan, aku pergi untuk menuntut ilmu di sana. Cium tangan dan juga ucapan salam tidak lupa aku sampaikan kepada kedua orang tua. Berangkatlah aku meninggalkan rumah tercinta yang menjadi saksi betapa gantengnya aku sejak kecil.
Motor aku nyalakan, kopling aku tarik, gigi aku masukin, gas perlahan aku tarik, majulah motorku perlahan. Dengan semangat baru, harapan baru, namun tidak pacar baru, aku berangkat perlahan meninggalkan rumah dan juga orang tua. Satu meter, dua meter, perlahan kulalui.
Tarikan gas mulai mengencang, kecepatan mulai meningkat, jarak tempuh di layar speedo meter pun terus bertambah meter demi meter.
At Cianjur Kota
2 jam sudah kulalui perjalanan itu, tibalah aku di pusat Kota Cianjur. Arah ku menuju rumah kakak, yang tidak jauh dari RSUD Cianjur. Hanya butuh waktu sekitar 5 menit saja dari RSUD maka sampailah diriku ke rumah kakak.
Tibalah ku di rumah kakak, ku parkirkan si moge, lalu ku berjalan ke depan pintu rumah. Ku ketuk pintu berkali-kali sambil berteriak memanggil nama kakakku, namun tidak ada jawaban sama sekali.
Aku tidak menyerah, aku coba menunggu selama lima menit sambil istirahat sejenak. Tapi sayang, masih belum ada kabar akan keberadaan kakakku.
Maksud hati ingin singgah sementara untuk mengistirahatkan badan sejenak sebelum melanjutkan kembali ke Bandung. Namun apa daya, pintu rumah dikunci, rumah pun terlihat kosong dan sangat sepi. Aku berpikir bahwa kakakku sedang keluar.
Seketika terdengar ada yang membuka pintu, kukira itu adalah kakakku, ternyata itu adalah suara pintu tetangga. Seorang nenek, keluar dari rumahnya sambil menyapaku. Kemudian beliau bercerita bahwa kakakku tidak ada di rumah, beliau sedang keluar.
Mendengar kabar itu, aku langsung berterimakasih kepada si nenek atas informasi yang beliau sampaikan. Aku berpikir bahwa aku masih butuh istirahat, kemudian aku lanjutkan sampai lima menit selanjutnya.
Lima menit berlalu, kurasa cukup sudah aku beristirahat. Kakakku pun masih belum pulang ke rumah itu. Tidak lama kemudian aku langsung bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan.
Lalu kupakailah perlengkapan berkendara, kuhidupkan kembali mesin motorku, perlahan aku tarik koplingnya, lalu aku masukkan giginya, gas perlahan aku tarik, dan majulah kendaraan itu dengan gagah berani.
On The Way Bandung
Berangkatlah aku melanjutkan kembali perjalanan menuju tujuan utama, Bandung. Ku berkendara dengan penuh semangat karena berpikir sebentar lagi akan bertemu teman-teman kuliah.
Sekitar 5 kilometer berlalu dari rumah kakakku, aku berpapasan dengan kakakku, lalu ku sedikit menyapa dan pamit mau berangkat ke Bandung. Kakakku pun mempersilahkan sambil berteriak “Hati-hati!”.
Ku lanjutkan kembali perjalanan itu dan masih dengan penuh semangat aku berkendara. Berkilo-kilo meter telah ku lalui, ternyata baru sepertiga perjalanan.
Di tengah perjalanan, tepatnya di dekat jembatan perbatasan antara Cianjur-Bandung Barat, aku merasa ada yang aneh dengan ban motorku.
Aku teruskan saja perjalanan, dan di tengah jembatan tangan kiriku ku sampingkan untuk memperbaiki tas laptop yang menghalagi tanganku ketika berbelok. Saat itu kecepatan ada di 90 km/jam.
Seketika, ban depanku oleng menabrak sebuah kerikil besar, dan dengan kecepatan yang lumayan tinggi, tanganku tidak bisa mengendalikan motorku dengan sempurna.
Oleng yang lumayan kencang, aku tidak kuasa lagi untuk menyeimbangankan motor tungganganku. Gubrakkkkkk!!! Motorku pun terjatuh ke aspal jalan, sekaligus dengan diriku.
terlemparlah motorku hingga sekitar 10 meter jauhnya. Badanku pun ikut tergores aspal. Saat itu aku masih sadar, namun aku serasa mimpi jatuh dari motor. Untungnya, dipinggir jalan banyak orang, sehingga mereka menolongku.
Digotonglah badanku ke pinggir jalan, lalu diperiksa seluruh badanku untuk melihat luka apa saja yang ada pada sekujur tubuhku. Tangan, kaki, perut, hingga pinggulku terluka karena bergoresan dengan aspal jalan.
Yang terlihat jelas adalah tangan kiriku di jari telunjukku luka dalam, darah pun keluar begitu deras. Akhirnya aku pun dibawa ke puskesmas oleh warga untuk dikasih pertolongan pertama. Alhamdulillah saat itu dokter sedang ada di sana. Diobatilah seluruh badanku, kemudian ditutupi dengan perban di setiap bagian lukanya.
Di puskesmas aku teringat kakakku, lalu minta tolonglah aku ke salah satu perawat untuk menelpon kakakku. Untung saja kakakku sedang ada di rumah, akhirnya dia pun datang menjemputku.
Finally, aku pun tidak jadi ke Bandung, aku dibawa ke rumah kakak untuk dirawat sementara.
Seorang penikmat kopi yang punya banyak mimpi dan sebentar lagi punya istri.